Tahun baru 1911 bagi Haji Samanhoedi dipenuhi kecemasan. Ia resah lantaran laskar keamanan yang belum lama dibentuknya terancam dibubarkan paksa oleh aparat kolonial. Rekso Roemekso, nama perkumpulan itu, belum berbadan hukum sehingga bisa digolongkan sebagai ormas ilegal.
Hingga datanglah Djojomargoso, seorang pegawai kepatihan yang juga orang dekat Samanhoedi. Djojomargoso memberi tahu bahwa ia punya kenalan yang bisa mengusahakan agar Rekso Roemekso memperoleh legalitas. Wajah Samanhoedi mendadak cerah dan meminta koleganya untuk mengurus masalah ini.
Orang yang dimaksud Djojomargoso adalah Martodharsono, mantan jurnalis sekaligus redaktur Medan Prijaji, suratkabar yang dimiliki oleh seorang bangsawan bumiputera berdarah ningrat Solo bernama Tirto Adhi Soerjo. Nah, Tirtoadisoerjo ini, sosok luar biasa yang layak disebut sebagai Pemimpin di Segala Lini Massa, memimpin perhimpunan resmi bernama Sarekat Dagang Islam (SDI) yang telah berdiri di Bogor pada 1909.
0 Komentar